Oleh : Yuniar Retno Wulandari
Dia menendang-nendang dua selimut yang melapisinya sepanjang malam. Melirik perlahan ke arah jam dinding di atas jendela kayu yang masih tertutup. Dia bangkit sambil mengusap-usap matanya untuk memastikan jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Dengan semangat dia keluar kamar dan ribut menuruni tangga. Bibinya yang sedang memasak bubur kacang hijau menoleh, “Indra udah bangun?” tanyanya heran. “Coba dari kemaren-kemaren kamu bangun sepagi ini.”Dia mendekati meja makan dan duduk di salah satu kursinya. “Keluar rumah atuh, ini kan hari terakhir kamu di sini. Sekalian nyapa tetangga-tetangga,” kata bibinya lagi.