Senja luruh
diputik daun - senja yang mengaduh - pilu.
Senja makar
pada raga rapuhnya, senja meremas jantungnya.
Diujung sana
bulan kemayu, berhasrat tanpa ragu atau malu.
Bibirnya
terus dipenuhi sensasi - dahaga yang selalu bisu.
Berapa
tikungan tajam lagi mengintai, menuju senja tafakur?
Berapa
hasrat purba lagi akan terhambur diudara basah malam?
Pintu-pintu
masih saja tertutup, Kekasih surga masih pulas tertidur.
Jalan-jalan
masih saja dipenuhi para pemanggil bergaun hitam.
Kerap rembulan dan magis - manis bibirnya mengundang.
Menawarkan
perapian, membara - diujung malam hening.
Jejaknya tercecer jelas dikerling matamu nan bening.
Baiklah waktu tiba, dan senja tersungkur - bak daun kering.
Senja mahfum dan mengangguk, walau luka makin mengkoreng.
Senja akan
terus berkerut, membalut luka lalu tidur berkalang.
Penat berhasil membujuknya, untuk diam dan menyinsing.
Karena percaya semesta akan adil, karena semua cinta akan pulang.