Social Icons

Sabtu, 26 April 2014

Tragedi Aku & DIA

Dipelataran kaki lima itu berserakan daun kering yang retak.
Seperti musim gugur, ranting pohon merangas dan kesepian.
Tak ada tunas baru yang hijau, rapuh seperti sesunguk isak.
Hanya sengat mentari, melepuhkan kulit dengan kepenatan.
Beberapa musim lalu, pernah ada satu musim hangat.
Pelataran itu penuh semerbak liuk pinggul bunga mekar.
Aku memintanya menetap, dan sungguh kau merapat.
Lau musim berganti warna menjadi hingar-bingar  makar.
Sesekali kuterbangkan ingatanku pada musim penghujannya.
Menyesali seribu bercak embun, berbarah dan marah diputiknya.
Sesekali kukunjungi, menabur bunga perkabungan dipusaranya.
Pelataran impian itu hanya menyisakan nisan tragedi aku dan dia.
Aku enggan mengakui aku terseok mengejar jingga dicakrawala.
Memburu satu titik pertemuan malam dengan dinginnya.
Aku masih ingin memburu kesadaran yang bukan abu-abu.
Tetap, dan menetap disatu waktu yang tak berpola tanpa ragu.
Akulah pemburu jingga dari sudut-sudut pelataran kaki lima itu.
Akulah pemburu Jingga yang tak pernah akan meragu.
Akulah Pengumpul daun-daun berserakan dari waktumu.
Akulah juga yang akan membukakan pintu pulangmu!
 
Blogger Templates